Terpenjara pikiran

Sebuah pikiran adalah penjara paling sempit yang pernah saya tempati. Ia juga ruang hampa paling tak terbatas ukurannya. Saya sering merasa tersekap dalam ruang sesak senyap itu. Sering pula merasa bebas dalam lapangnya ruang tanpa batas. 

Saya bisa saja menjadi manusia paling kerdil dalam pikiran saya sendiri. Serta menjadi satu - satu nya raksasa di dalam nya. 

Pikiran itu sifatnya menjebak! 

Kepala saya sering sakit. Pening, sayang meriang. Akhir - akhir ini pilihan sulit senang kali menerobos masuk tanpa mengetuk ke dalam pikiran saya. Dengan bangganya dia mengacak - acak yang ada disekitarnya -akal sehat saya. 

Mestinya saya sadar, usia saya terus bertambah. Pilihan hidup bukan lah hal yang main - main lagi bagi saya. Saya harusnya tahu itu. Tapi tetap saja di depan saya masihlah dua cabang jalan yang buntu. 

Dulu saya naif sekali. Saya pikir setelah lima belas tahun ini, saya akan sampai kepada titik dimana saya tidak diharuskan untuk memilih apapun lagi. Saya Salah. 

Sampai sekarangpun, saya bukanlah manusia yang arif dalam menentukan pilihan. Terbukti dari duapuluh satu tahun kehidupan, semua rencana yang telah saya atur sebagian besar menyimpang jauh. Berantakan. 

Sampai saya harus bertanya lagi berulangkali kepada diri saya yang kurang ilmu ini. 

"Sebenarnya saya mengejar apa ? "

Hidup ini singkat -sedikit. Keinginan saya yang banyak. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Posesif

Ditinggalkan Diri Sendiri

Love is a Game