Posesif

                 Dulu, ketika saya masih di usia remaja ada satu lagu yang cukup hits dan banyak di dengar orang dari berbagai kalangan. Mulai dari seusia saya sampai orang - orang yang mungkin seangkatan dengan ayah saya juga ikut mendengar lagu itu. Judul lagunya "Posesif - Naif". Temanya cukup ringan, dengan menggunakan bahasa yang juga sering digunakan sehari-hari. Ada beberapa bagian yang cukup menggelitik namun cenderung magis... bahkan menyeramkan "Bila ku mati, kau juga mati". Terdengar konyol, bukan?

                Dulu, saat seusia itu saya cukup sering mendengarkan lagu itu -sebagai selingan playlist saya yang isinya lagu barat semua. Saya belum terlalu mendalami isi liriknya. Malah, ketika bagian reff dimulai, saya sempat berpikir "Orang gila mana yang bisa membuat kata-kata se nyeleneh ini?" ditambah jika diantara kalian mungkin ada yang tahu kalau Musik Video lagu tersebut bercerita tentang seorang waria. Pikir saya, mungkin lagu ini memang terinspirasi oleh orang-orang yang tak punya pilihan hidup sampai harus mengorbankan gengsinya untuk bisa bertahan hidup. Tapi kok tidak ada hubungannya dengan judul lagunya? Namun, semakin dewasa semua lirik yang ada di lagu tersebut semakin menjadi masuk akal bagi saya.

                 Ini bukan tentang si waria atau pilihan hidupnya. Ini tentang sebuah hasrat dari seseorang yang bisa dibilang cukup egois namun selalu mengatas namakan kasih sayang dan cinta. Seseorang yang mungkin memang takut jika sang pujaan hati terlalu bebas, maka ia akan meraasa kehilangan yang mendalam. Saya baru sadal satu hal bahwa ketika kita bersikap mengekan -baik sengaja atupun tidak kepada seseorang atau sesuatu, maka harus kita renungi kembali; apakah kita memang benar menyayanginya atau kita hanya ingin semua hal itu menjadi "milik" kita. Rasanya kalau memang dasarnya adalah cinta dan kasih sayang, seharusnya kita membebaskan bukan?

            Kemudian saya ingat kembali di bagian Reff dari lagu ini "Mengapa aku begini, jangan kau pertanyakan". Everything hapens for the reason. Sebenarnya, di balik seseorang yang mungkin bisa dibilang posesif, mungkin ada satu trauma yang cukup mendalam -tak semua orang. Apakah itu salah? tentu tidak. Tapi mungkin kita memang harus menerima semua rasa sakit itu dulu, mengolahnya secara sadar dan memberikan waktu untuk diri agar pulih.

           Tunggu dulu. Pulih? Bagaimana jika itu semua tak bisa pulih? Memangnya kamu pikir saya mau hidup seperti ini? Setiap hari saya harus hidup dan tidur dengan rasa yang belum bisa saya mengerti. Setiap malam saya harus selalu menguras air mata hingga kering sambil bertanya lagi "Kenapa saya ditinggal waktu itu demi orang lain? Kenapa pada waktu itu saya sama sekali tak dihargai? Saya merasa seperti dibuang dan dijadikan opsi paling terakhir -Opsi kepepet, opsi yasudahlah lumayan daripada gak ada. Kamu pikir hanya kamu yang tersiksa? Saya juga harus membawa rasa sakit ini satiap saat." 

            Semua itu menjelma menjadi tindakan "posesif" sebagai manifestasi akan luka yang masih saya bawa. Saya juga bingung, padahal itu sudah bertahun-tahun lalu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ditinggalkan Diri Sendiri

Love is a Game